Furniture di jepara merupakan hasil furniture terbaik di macanegara, kalau bukan di dukung dari kereativitas orang jepara furniture tidak akan menuai hasil bagu, selain itu di dorong dari bahan baku
MAUU TAHU BAHAN BAKU TERBAIK BUAT FURNITURE

Kayu Jati,, adalah bahan baku Utama dari produk furniture. Kayu jati bisa menghasilkan perabot mebel yang menarik untuk isi ruangan. Dari bahan baku kayu jati pula,, ukir-ukiran Jepara bisa di kenal hingga mancanegara yang umumnya dipakai sebagai hiasan-hiasan pada perabot mebel dari Jepara.
Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau.
Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris). Nama ini berasal dari kata thekku (തേക്ക്) dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara bagian Kerala di India selatan. Nama ilmiah jati
adalah Tectona grandis L.f.
Jati dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1 500 – 2 000 mm/tahun dan suhu 27 – 36 °C baik di dataran rendah maupun dataran tinggi.[1] Tempat yang paling baik untuk pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH 4.5 – 7 dan tidak dibanjiri dengan air.[2] Jati memiliki daun berbentuk elips yang lebar dan dapat mencapai 30 – 60 cm saat dewasa.[1]
Jati memiliki pertumbuhan yang lambat dengan germinasi rendah (biasanya kurang dari 50%) yang membuat proses propagasi secara alami menjadi sulit sehingga tidak cukup untuk menutupi permintaan atas kayu jati.[3] Jati biasanya diproduksi secara konvensional dengan menggunakan biji. Akan tetapi produksi bibit dengan jumlah besar dalam waktu tertentu menjadi terbatas karena adanya lapisan luar biji yang keras.[3] Beberapa alternatif telah dilakukan untuk mengatasi lapisan ini seperti merendam biji dalam air, memanaskan biji dengan api kecil atau pasir panas, serta menambahkan asam, basa, atau bakteri.[4] Akan tetapi alternatif tersebut masih belum optimal untuk menghasilkan jati dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak.[4]
Umumnya, Jati yang sedang dalam proses pembibitan rentan terhadap beberapa penyakit antara lain leaf spot disease yang disebabkan oleh Phomopsis sp., Colletotrichum gloeosporioides, Alternaria sp., dan Curvularia sp., leaf rust yang disebabkan oleh Olivea tectonea, dan powdery mildew yang disebabkan oleh Uncinula tectonae.[5] Phomopsis sp. merupakan penginfeksi paling banyak, tercatat 95% bibit terkena infeksi pada tahun 1993-1994.[5] Infeksi tersebut terjadi pada bibit yang berumur 2 – 8 bulan.[5] Karakterisasi dari infeksi ini adalah adanya necrosis berwarna coklat muda pada pinggir daun yang kemudian secara bertahap menyebar ke pelepah, infeksi kemudian menyebar ke bagian atas daun, petiol, dan ujung batang yang mengakibatkan bagian daun dari batang tersebut mengalami kekeringan.[5] Jika tidak disadari dan tidak dikontrol, infeksi dari Phomopsis sp. akan menyebar sampai ke seluruh bibit sehingga proses penanaman jati tidak bisa dilakukan
KAYU MAHONI

Kayu Jati,, adalah bahan baku Utama dari produk furniture. Kayu jati bisa menghasilkan perabot mebel yang menarik untuk isi ruangan. Dari bahan baku kayu jati pula,, ukir-ukiran Jepara bisa di kenal hingga mancanegara yang umumnya dipakai sebagai hiasan-hiasan pada perabot mebel dari Jepara.
Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau.
Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris). Nama ini berasal dari kata thekku (തേക്ക്) dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara bagian Kerala di India selatan. Nama ilmiah jati
adalah Tectona grandis L.f.
Jati dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1 500 – 2 000 mm/tahun dan suhu 27 – 36 °C baik di dataran rendah maupun dataran tinggi.[1] Tempat yang paling baik untuk pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH 4.5 – 7 dan tidak dibanjiri dengan air.[2] Jati memiliki daun berbentuk elips yang lebar dan dapat mencapai 30 – 60 cm saat dewasa.[1]
Jati memiliki pertumbuhan yang lambat dengan germinasi rendah (biasanya kurang dari 50%) yang membuat proses propagasi secara alami menjadi sulit sehingga tidak cukup untuk menutupi permintaan atas kayu jati.[3] Jati biasanya diproduksi secara konvensional dengan menggunakan biji. Akan tetapi produksi bibit dengan jumlah besar dalam waktu tertentu menjadi terbatas karena adanya lapisan luar biji yang keras.[3] Beberapa alternatif telah dilakukan untuk mengatasi lapisan ini seperti merendam biji dalam air, memanaskan biji dengan api kecil atau pasir panas, serta menambahkan asam, basa, atau bakteri.[4] Akan tetapi alternatif tersebut masih belum optimal untuk menghasilkan jati dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak.[4]
Umumnya, Jati yang sedang dalam proses pembibitan rentan terhadap beberapa penyakit antara lain leaf spot disease yang disebabkan oleh Phomopsis sp., Colletotrichum gloeosporioides, Alternaria sp., dan Curvularia sp., leaf rust yang disebabkan oleh Olivea tectonea, dan powdery mildew yang disebabkan oleh Uncinula tectonae.[5] Phomopsis sp. merupakan penginfeksi paling banyak, tercatat 95% bibit terkena infeksi pada tahun 1993-1994.[5] Infeksi tersebut terjadi pada bibit yang berumur 2 – 8 bulan.[5] Karakterisasi dari infeksi ini adalah adanya necrosis berwarna coklat muda pada pinggir daun yang kemudian secara bertahap menyebar ke pelepah, infeksi kemudian menyebar ke bagian atas daun, petiol, dan ujung batang yang mengakibatkan bagian daun dari batang tersebut mengalami kekeringan.[5] Jika tidak disadari dan tidak dikontrol, infeksi dari Phomopsis sp. akan menyebar sampai ke seluruh bibit sehingga proses penanaman jati tidak bisa dilakukan
Kayu mahoni atau mahogany (Swietenia mahagoni
) merupakan salah satu jenis kayu yang banyak dipakai untuk bahan baku
pembuatan mebel. Kayu mahoni ini sebenarnya bukan merupakan tumbuhan
asli Indonesia, tetapi saat ini pohon mahoni sangat banyak tumbuh di
Indonesia, terutama di daerah Jawa. Kayu mahogany ini memiliki kekerasan
medium, mudah diolah, diukir dan dibentuk dengan mesin-mesin woodworking,
dan mudah didapat sehingga menjadi favorit bagi para pelaku industri
mebel.
Kayu mahogany memilik serat dan pori-pori yang lembut tetapi memiliki karakter serat yang sangat kuat, dengan finishing yang tepat maka kayu mahogany akan menghasilkan suatu produk dengan penampilan yang sangat menarik.
Kayu mahogany memilik serat dan pori-pori yang lembut tetapi memiliki karakter serat yang sangat kuat, dengan finishing yang tepat maka kayu mahogany akan menghasilkan suatu produk dengan penampilan yang sangat menarik.
Pengolahan kayu mahoni.
Kayu mahoni yang akan digunakan untuk keperluan industri woodworking harus
dikeringkan dulu sampai mencapai kadar air kayu yang standard (sekitar
10%-12%). Pengeringan kayu ini harus biasanya membutuhkan waktu yang
relative lama berkisar antara 3 sampai 4 minggu. Pengeringan kayu yang
terlalu cepat beresiko menghasilkan kerusakan atau cacat kayu yang akan
menurunkan kualitas kayu. Kayu mahoni ini juga mempunyai resiko tinggi
untuk mendapat serangan serangga pemakan kayu, karena itu maka sebaiknya
dia ditreatment dengan obat anti serangga sebelum digunakan.
Penggunaan kayu mahoni.
Kayu mahoni lebih banyak digunakan sebagai bahan baku mebel untuk indoor furniture. Furniture high end
dengan harga yang relatif mahal dapat dihasilkan dan dibuat dengan kayu
ini. Mebel-mebel dari kayu mahogany sudah dikenal sejak lama Banyak
mebel-mebel dengan model antik atau klasik dari Eropa atau Amerika yang
dibuat dengan menggunakan kayu mahoni. Harga kayu yang relatif mahal
akan sepadan dengan keindahan penampilan dari serat dan warna yang dapat
dihasilkannya. Penggunaan kayu mahoni untuk untuk outdoor furniture
tidak banyak dilakukan karena harganya yang relatif mahal dan
ketahanannya yang relatif rendah terhadap cuaca luar ruangan. Penggunaan
untuk outdoor membutuhkan pelapisan dengan bahan finishing
yang bisa bisa menahan cuaca luar ruangan. Penggunaan kayu untuk
keperluan lain seperti untuk kerangka rumah atau pagar juga tidak banyak
dilakukan. Kerangka rumah yang lebih mengutamakan kekuatan tidak
terlalu cocok dengan kayu mahoni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar